Curhat Versi 1

Dalam keadaan mengeluh, kemudian mengutarakannya dengan kata-kata, lebih-lebih tulisan, orang akan cenderung menggunakan kata-kata puitis. Merangkai kata demi kata agar menjadi indah. Terkadang aku iri melihat orang yang bisa menulis sedemikian bagus dan berharap bisa seperti mereka. Namun mungkin kekurangan dan kebodohan diri ini, setiap kali aku berusaha merangkai kata dan ku baca, sepertinya kata-kata yang kugunakan biasa-biasa saja bahkan terkadang, sangat kacau. Aku tersadar, sedari kecil dulu aku tidak suka belajar, membaca dan menulis. Bahkan kalau diingat-ingat, sampai kini pun minat belajar, baca dan tulisku sangat rendah. Tidak jarang semangat ini muncul tapi menghilang secepat kemunculannya juga. Ah... sungguh kacau.

Saat ini aku sedang melihat disekitarku. Memang sih aku sekarang lagi ada di kamar kos dan tidak ada siapa-siapa. Tapi aku merasa menatap keterpurukanku. Aku melihat teman-teman seangkatanku banyak yang sudah sukses. Ada yang sudah jadi bos, ada yang sudah bisa punya rumah sendiri, mobil, motor, pakaian bagus, perhiasan dan semua yang bisa diimpikan oleh siapa saja. Lihat diriku, aku tidak punya apa-apa, adapun laptop ini pun bukan hasil keringatku dan sampai saat ini pun aku masih belum punya uang yang sebanding dengan harga laptop ini. Juga ketika aku melihat kepalaku sepertinya benar-benar kosong, tak ada apa-apa, aku malu, sepertinya sekolah dan kuliahku tidak ada lagi, lenyap entah kemana. Hati? ah... apa lagi ini? yang ini malah rasanya gelap, dingin, berdebu dan pengap.

Melihat blog ku ini, semakin aku sadari kalau tulisanku aku penuhi dengan keluhan, mengeluh dan terus mengeluh. Sepanjang apapun aku mengeluh tak kan ada yang bisa menyelamatkan diriku. Maka berlanjutlah keluhan ini menjadi curhatanku di blog ini.

Namun, bagaimana pun aku tetap sadar, aku sudah sangat beruntung dan bersyukur atas apa yang telah aku dapat selama ini. Terimakasih TUHAN telah engkau anugrahkan aku kebahagian, kehidupan yang sangat indah ini. Hamba sungguh bersyukur atas rahmat-Mu.